Dari Durian hingga Penundaan: Momentum Perdagangan Vietnam Diuji

2025-08-01
Ringkasan:

EBC Financial Group menyoroti pemulihan ekspor buah dan sayuran Vietnam senilai USD3,8 miliar dan potensi hambatan akibat keterlambatan sertifikasi serta birokrasi yang rumit.

Sektor ekspor Vietnam menunjukkan lonjakan tajam sepanjang tahun 2025 — dengan produk seperti pisang, makanan laut, durian, dan produk kayu semakin diminati di pasar global. Namun, di balik tren positif tersebut, mulai muncul sejumlah tantangan mendasar. Meski permintaan global meningkat, para pelaku perdagangan dan pembuat kebijakan dihadapkan pada tekanan untuk menyederhanakan proses regulasi dan waktu penerbitan sertifikasi, terutama untuk produk pertanian.


“Vietnam jelas unggul dalam hal visibilitas perdagangan dan pertumbuhan sektoral,” ujar David Barrett, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd. “Namun para trader harus mencermati baik sisi pertumbuhan maupun potensi hambatannya. Ekspor Vietnam yang tengah melesat kini semakin tersegmentasi — yang sukses di pasar global belum tentu mulus di perbatasan ekspor.”

From Durians to Delays: Vietnam's Trade Momentum Tested

Pemenang Sektor Pertanian: Buah, Makanan Laut, dan Kayu Bersinar

Ekspor Vietnam, buah dan sayur mencapai lebih dari USD3,8 miliar dalam tujuh bulan pertama tahun 2025, dengan durian, kelapa, buah naga, dan leci sebagai kontributor utama. Ekspor durian saja mencatatkan nilai USD3,3 miliar pada 2024, dan lebih dari USD360 juta hanya pada bulan Juni tahun ini. Analis kami mencatat bahwa peningkatan sistem jaminan mutu lintas batas dan jalur kereta langsung ke Tiongkok telah memperkuat posisi Vietnam sebagai pemasok papan atas. Kelapa Vietnam juga mulai menunjukkan tren positif — jika sebelumnya kalah bersaing dengan ekspor dari Thailand dan Filipina, kini kelapa Vietnam dihargai USD7,26 per kilogram pada 2025, naik tajam dari USD1,21 pada 2022, didorong oleh lonjakan permintaan di Korea Selatan dan Timur Tengah untuk minuman alami dan nabati.


Ekspor makanan laut, terutama udang, juga mengalami pemulihan yang signifikan. Antara Januari hingga Juni 2025, ekspor udang Vietnam ke Tiongkok (termasuk Hong Kong) mencapai hampir USD595 juta — meningkat lebih dari 80% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini adalah kali pertama Tiongkok menyalip AS sebagai pembeli udang terbesar dari Vietnam. Kami mencatat bahwa pengiriman ke Tiongkok semakin meningkat, dengan harga yang mulai stabil seiring momentum pembukaan kembali pasar dan pelonggaran hambatan non-tarif.


Sektor kayu Vietnam tetap menjadi kekuatan tersembunyi. Meski jarang menjadi sorotan, sektor ini memainkan peran penting dalam struktur perdagangan industri Vietnam. Pada paruh pertama 2025, ekspor kayu mencapai USD8,21 miliar — meningkat 8,9% secara tahunan — dengan AS sebagai tujuan ekspor terbesar (55,6%), disusul oleh Jepang dan Tiongkok. Keberlanjutan kini menjadi nilai jual utama: banyak eksportir Vietnam mengadopsi sertifikasi FSC (Forest Stewardship Council) untuk memasuki pasar yang sensitif terhadap isu ESG. Permintaan yang kuat dari pasar utama ini mendorong pertumbuhan ekspor furnitur, papan MDF, dan produk kayu bernilai tambah lainnya.


Masalah Birokrasi: Penundaan, Pemborosan, dan Peluang yang Terbuang

Meski momentum ekspor Vietnam kuat, para pelaku perdagangan harus mewaspadai potensi hambatan tersembunyi — terutama untuk produk yang mudah rusak. Eksportir buah naga, misalnya, menghadapi keterlambatan sertifikasi yang merugikan secara finansial. Menurut VietnamNet Global, lebih dari 100 ton buah naga bersertifikasi GlobalGAP membusuk setelah 20 hari disimpan, sementara 50–70 ton lainnya masih tertahan di gudang pendingin tanpa izin ekspor.


Salah satu eksportir besar, Son Tra Co. di Lam Đồng, terpaksa membuang 40 ton secara total dan menjual 50 ton lainnya dengan harga sangat murah, hanya VND 1.000–2.000/kg — turun drastis dari harga normal sekitar VND 20.000/kg untuk pasar Uni Eropa.


Kami memperingatkan bahwa "bottleneck di tahap akhir" ini mencerminkan ketidakseimbangan antara kesiapan produksi Vietnam dan kapasitas pemrosesan regulasinya — celah yang sebaiknya dipertimbangkan pelaku perdagangan saat menghitung risiko harga.


Uni Eropa, khususnya, semakin memperketat ketentuan pelacakan asal produk, batas residu pestisida, dan dokumentasi rantai dingin. Hal ini mendorong regulator Vietnam menerbitkan kebijakan baru guna mencegah pelanggaran trans-shipment. Bagi pelaku ekspor, hal ini berpotensi menyebabkan waktu tunggu lebih lama, proses bea cukai yang tidak konsisten, dan lonjakan harga. Oleh karena itu, kami merekomendasikan pemantauan yang ketat terhadap tren sertifikasi ekspor dan perubahan regulasi regional sebagai bagian dari strategi perdagangan Asia Tenggara.


Implikasi bagi Pedagang Global

Data ekspor Vietnam mencerminkan dua sisi mata uang. Di satu sisi, lonjakan permintaan terhadap udang, durian, kelapa, dan produk kayu bersertifikasi FSC menempatkan Vietnam sebagai pemasok utama dalam rantai nilai komoditas Asia. Namun di sisi lain, meningkatnya birokrasi dan regulasi yang berubah-ubah — seperti yang terjadi pada ekspor buah naga dan lada — menciptakan risiko operasional nyata.


Kami menyarankan pelaku perdagangan untuk tidak hanya terpaku pada angka ekspor utama. Pantau waktu clearance bea cukai, backlog penerbitan sertifikat di dalam negeri, dan durasi pengiriman logistik — terutama untuk produk musiman dan mudah rusak. Dalam pasar agrikultur yang bergerak cepat, penundaan satu minggu saja bisa membalikkan potensi keuntungan.


Bagi yang memperdagangkan komoditas lunak atau kontrak berjangka agrikultur, Vietnam menawarkan peluang sekaligus kompleksitas. Mengenali di mana kekuatan permintaan terhambat oleh hambatan struktural — atau di mana kepatuhan ESG membuka akses ke pasar premium — bisa menjadi keunggulan taktis. Dalam lanskap perdagangan Asia Tenggara yang terus berkembang, kelincahan sama pentingnya dengan wawasan.


Penafian: Artikel ini mencerminkan pengamatan EBC Financial Group dan seluruh entitas globalnya. Artikel ini bukan nasihat keuangan atau investasi. Perdagangan komoditas dan valuta asing (FX) mengandung risiko kerugian yang signifikan, yang berpotensi melebihi investasi awal Anda. Konsultasikan dengan penasihat keuangan yang berkualifikasi sebelum membuat keputusan perdagangan atau investasi apa pun, karena EBC Financial Group dan entitasnya tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang timbul akibat mengandalkan informasi ini.

Harga Saham AAPL Melonjak Setelah Pembebasan Tarif dan Investasi $100 Miliar

Harga Saham AAPL Melonjak Setelah Pembebasan Tarif dan Investasi $100 Miliar

Investasi Apple senilai $100 miliar di AS memenangkan pengecualian tarif, yang mengakibatkan harga saham AAPL naik lebih dari 7% karena pasar menyambut baik langkah strategisnya.

2025-08-07
Apakah Tren Impor Tembaga China 2025 Akan Mendorong Kenaikan Komoditas?

Apakah Tren Impor Tembaga China 2025 Akan Mendorong Kenaikan Komoditas?

Impor tembaga Tiongkok menunjukkan sinyal beragam pada Juli 2025. Mungkinkah pergeseran ini memicu peningkatan komoditas di tengah berita Federal Reserve dan pergerakan pasar mata uang?

2025-08-07
Nikkei Kembali Menembus Level 41.000 Meski Ada Ancaman Tarif Chip

Nikkei Kembali Menembus Level 41.000 Meski Ada Ancaman Tarif Chip

Nikkei 225 melonjak pada hari Kamis setelah janji tarif 100% Trump pada impor semikonduktor, meskipun raksasa chip Korea Selatan mungkin dikecualikan.

2025-08-07